Kepercayaan adalah kunci dalam industri jasa keuangan. Namun, praktik manipulasi laporan keuangan seperti window dressing sering kali mengancam stabilitas pasar. Untuk mengatasi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 15 Tahun 2024, yang menekankan pentingnya Internal Control Over Financial Reporting (ICoFR).
ICoFR bukan hanya sistem pengawasan biasa, melainkan langkah penting untuk memastikan laporan keuangan yang akurat dan transparan. Dengan pengendalian internal yang kuat, perusahaan dapat menghindari kesalahan atau manipulasi dalam laporan mereka, menjaga kepercayaan investor dan masyarakat. Penerapan ICoFR yang tepat akan memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa itu ICoFR, mengapa penerapannya penting, serta bagaimana POJK 15/2024 dapat membantu meningkatkan integritas pelaporan keuangan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga akan membahas cara-cara agar ICoFR dapat diterapkan secara efektif dan dampaknya terhadap sistem keuangan Indonesia.
Apa Itu ICoFR?
ICoFR (Internal Control Over Financial Reporting) adalah sistem pengawasan dalam perusahaan untuk memastikan laporan keuangan yang dibuat itu benar, jujur, dan bebas dari kesalahan atau manipulasi.
Bayangkan ICoFR seperti pagar dan kamera keamanan di sebuah rumah. Pagar mencegah orang asing masuk tanpa izin, sementara kamera membantu mendeteksi jika ada hal mencurigakan. Dalam dunia keuangan, ICoFR bekerja dengan cara yang sama untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan atau kecurangan dalam pencatatan keuangan.
Bagi perusahaan, terutama di sektor perbankan dan keuangan, ICoFR sangat penting. Dengan sistem ini, laporan keuangan yang mereka buat bisa dipercaya oleh regulator, investor, dan masyarakat, sehingga tidak ada praktik curang seperti “mempercantik” angka keuangan agar terlihat lebih baik dari kenyataannya.
Baca juga : Langkah-langkah Audit Sistem Manajemen Keamanan Informasi Perusahaan
Sejarah dan Perkembangan ICoFR
ICoFR berkembang sebagai respons terhadap berbagai skandal keuangan yang mengguncang dunia. Sistem ini dirancang untuk memastikan laporan keuangan lebih transparan, akurat, dan dapat dipercaya. Berikut beberapa peristiwa penting yang membentuk evolusi ICoFR:
-
Skandal Enron (2001): Titik Balik Pengawasan Keuangan
Pada awal 2000-an, Enron, perusahaan energi raksasa di AS, kedapatan memanipulasi laporan keuangannya untuk menutupi utang dan memperbesar laba. Kebangkrutan Enron mengejutkan dunia dan memicu reformasi besar di sektor keuangan. Akibatnya, lahirlah Sarbanes-Oxley Act (SOX) 2002, yang mewajibkan perusahaan publik memiliki pengendalian internal ketat atas laporan keuangan mereka. -
Krisis Keuangan Global (2008): Regulasi Diperketat
Krisis ini terjadi akibat kredit macet dan praktik keuangan yang tidak transparan, terutama di sektor perbankan. Banyak perusahaan gagal mengendalikan risiko dan melaporkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Akibatnya, berbagai negara memperketat regulasi, menuntut perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang lebih kuat untuk mencegah kejadian serupa. -
Standarisasi Internasional: COSO & Basel Committee
Setelah serangkaian krisis, organisasi internasional seperti COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) dan Basel Committee merancang framework pengendalian internal yang menjadi acuan global. Framework ini membantu perusahaan mengidentifikasi risiko dalam pelaporan keuangan dan memastikan kepatuhan terhadap standar yang berlaku. -
Implementasi di Indonesia: POJK 15/2024
Di Indonesia, OJK mulai memperkuat penerapan ICoFR dengan mengeluarkan POJK 15/2024 tentang Integritas Pelaporan Keuangan Bank. Regulasi ini bertujuan memastikan bank dan lembaga keuangan memiliki sistem kontrol internal yang efektif, sehingga laporan keuangan lebih transparan dan dapat dipercaya oleh publik.
Dengan perkembangan ini, ICoFR kini menjadi standar utama dalam menjaga integritas laporan keuangan, memastikan perusahaan beroperasi dengan lebih transparan, akuntabel, dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Penerapan ICoFR dalam Sektor Jasa Keuangan
OJK menegaskan bahwa ICoFR harus diterapkan di berbagai sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, asuransi, dan pasar modal. Tujuannya adalah memastikan laporan keuangan yang transparan, akurat, dan bebas dari manipulasi. Berikut langkah-langkah utama dalam penerapannya:
- Identifikasi risiko dalam pelaporan keuangan
Setiap lembaga keuangan harus memiliki sistem yang mampu mendeteksi potensi kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan. Ini mencakup analisis risiko dari transaksi keuangan, pencatatan akuntansi, hingga proses audit internal. - Penguatan tata kelola perusahaan
ICoFR mengharuskan peran aktif dewan komisaris, direksi, dan komite audit dalam mengawasi serta memastikan laporan keuangan disusun dengan prinsip transparansi dan integritas. Tata kelola yang baik membantu meningkatkan akuntabilitas dan mencegah penyimpangan. - Penerapan kontrol internal yang ketat
Lembaga keuangan wajib memiliki prosedur pengendalian yang efektif, seperti validasi data keuangan, pemisahan tugas (segregation of duties), serta pemeriksaan berkala untuk mencegah kesalahan atau penyalahgunaan informasi keuangan. - Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
Dengan ICoFR, setiap transaksi dan laporan keuangan dapat ditelusuri dengan lebih jelas. Hal ini mengurangi risiko manipulasi data dan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap institusi keuangan.
Penerapan ICoFR yang efektif tidak hanya membantu mengurangi risiko pelanggaran keuangan, tetapi juga menciptakan sistem keuangan yang lebih sehat, transparan, dan berkelanjutan.
Baca juga : 7 Poin Penting Penerapan AI dalam Manajemen Risiko di Sektor Keuangan?
Implementasi POJK 15/2024 dalam ICoFR
POJK 15 Tahun 2024 tentang integritas pelaporan keuangan bank menjadi landasan utama dalam penerapan ICoFR di Indonesia. Regulasi ini bertujuan untuk memastikan laporan keuangan bank lebih transparan, akurat, dan dapat dipercaya oleh pemangku kepentingan. Beberapa aspek utama yang diatur dalam regulasi ini meliputi:
- Standar pengendalian internal yang harus diterapkan oleh bank untuk mencegah kesalahan dan kecurangan dalam pelaporan keuangan.
- Kewajiban audit internal dan eksternal guna memastikan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan serta meningkatkan akuntabilitas lembaga keuangan.
- Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi standar integritas pelaporan keuangan, sebagai bentuk penegakan hukum dan pencegahan terhadap praktik manipulasi data keuangan.
Dengan regulasi ini, OJK menegaskan pentingnya sistem pengendalian internal yang kuat dalam menjaga stabilitas dan kredibilitas sektor perbankan di Indonesia.
Baca juga : 7 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang POJK 29 Tahun 2022 Dalam Konteks Keamanan Informasi Keuangan
Dampak dan Implikasi Penerapan ICoFR
Penerapan ICoFR yang efektif membawa dampak signifikan bagi industri keuangan. Sistem pengendalian internal yang kuat tidak hanya meningkatkan transparansi tetapi juga memperkuat stabilitas sektor jasa keuangan. Berikut beberapa implikasi utamanya:
- Mencegah manipulasi laporan keuangan
Dengan adanya kontrol internal yang ketat, praktik seperti window dressing dan kecurangan dalam laporan keuangan dapat dicegah. Hal ini memastikan data yang disajikan benar-benar mencerminkan kondisi keuangan perusahaan. - Meningkatkan kepercayaan investor dan publik
Ketika laporan keuangan lebih transparan dan akurat, investor dan masyarakat memiliki keyakinan lebih besar terhadap stabilitas dan kredibilitas lembaga keuangan. Kepercayaan ini penting untuk menjaga iklim investasi yang sehat. - Memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional
Integritas laporan keuangan berkontribusi langsung pada sistem keuangan yang lebih kuat, sehingga lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dan potensi krisis. - Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Dengan meningkatnya transparansi dan akuntabilitas, sektor jasa keuangan dapat berfungsi lebih optimal dalam mendorong investasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan implementasi ICoFR yang konsisten, sektor keuangan Indonesia dapat semakin solid, kredibel, dan siap menghadapi tantangan ekonomi global di masa depan.
Baca juga : Mengamankan Data Pelanggan: Bagaimana ISO/IEC 27001:2022 Diterapkan dalam Layanan Keuangan
Kesimpulan
ICoFR memainkan peran krusial dalam memastikan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan di sektor jasa keuangan. Dengan adanya POJK 15/2024, OJK semakin menegaskan komitmennya dalam memperkuat tata kelola dan menjaga integritas sistem keuangan di Indonesia.
Ke depan, penerapan ICoFR yang lebih luas diharapkan tidak hanya meningkatkan kepercayaan investor dan pemangku kepentingan, tetapi juga menciptakan ekosistem keuangan yang lebih stabil, transparan, dan berkelanjutan. Hal ini menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan menjaga stabilitas sektor keuangan nasional.
FAQ (Frequently Asked Questions)
- Apa tujuan utama dari ICoFR?
ICoFR bertujuan untuk memastikan laporan keuangan disusun dengan akurat, transparan, dan sesuai standar yang berlaku. Dengan sistem pengendalian internal yang kuat, risiko kecurangan dan kesalahan pencatatan dapat diminimalkan, sehingga meningkatkan kepercayaan investor, regulator, dan masyarakat. - Bagaimana POJK 15/2024 mendukung penerapan ICoFR?
POJK 15/2024 menjadi pedoman bagi perbankan dalam menerapkan sistem pengendalian internal atas laporan keuangan. Regulasi ini mengatur kewajiban audit, mekanisme pelaporan, serta sanksi bagi pelanggaran, sehingga mendorong integritas dan akuntabilitas yang lebih tinggi dalam pelaporan keuangan. - Apakah ICoFR hanya diterapkan di sektor perbankan?
Tidak. Meskipun perbankan menjadi sektor utama dalam penerapan ICoFR, prinsip pengendalian internal ini juga relevan bagi industri lain seperti asuransi, pasar modal, dan lembaga keuangan non-bank. Bahkan, penerapan ICoFR semakin luas ke berbagai sektor bisnis yang ingin meningkatkan transparansi dan tata kelola keuangan. - Bagaimana penerapan ICoFR berdampak pada industri keuangan?
ICoFR membantu menciptakan sistem keuangan yang lebih sehat dengan mencegah manipulasi data, meningkatkan kualitas laporan keuangan, serta memperkuat stabilitas sektor keuangan. Dengan transparansi yang lebih baik, risiko krisis akibat laporan keuangan yang tidak akurat dapat dikurangi, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. - Apa tantangan utama dalam menerapkan ICoFR?
Tantangan utama adalah membangun budaya kepatuhan di seluruh organisasi. Implementasi ICoFR membutuhkan komitmen dari manajemen, sumber daya manusia yang kompeten, serta teknologi yang mendukung. Selain itu, perlu adanya evaluasi dan pengawasan yang berkelanjutan agar sistem pengendalian internal tetap berjalan efektif di tengah perubahan regulasi dan dinamika bisnis.
Gratis Asesmen Keamanan TI Spesial Ramadhan 2025!
Proxsis Infra menghadirkan layanan asesmen keamanan TI yang dirancang untuk melindungi sistem dan data penting bisnis Anda dari ancaman siber. Di bulan Ramadhan ini, kami memberikan kesempatan eksklusif untuk mengikuti asesmen keamanan GRATIS, membantu organisasi Anda mengukur tingkat keamanan infrastruktur TI secara menyeluruh.
Manfaat utama yang Anda dapatkan:
- Identifikasi celah keamanan yang berisiko
- Rekomendasi langkah perbaikan dari para ahli
- Meningkatkan kepercayaan klien dan mitra bisnis
- Membuka peluang karir di bidang keamanan TI melalui pemahaman nyata tentang standar terbaik industri
Tak hanya membantu perusahaan Anda lebih aman, layanan ini juga menjadi langkah awal untuk meningkatkan kompetensi profesional Anda di bidang IT Security, yang saat ini menjadi salah satu keahlian paling dicari di dunia kerja.
Jangan lewatkan momen Ramadhan penuh berkah ini!
Amankan sistem TI Anda GRATIS, raih kepercayaan bisnis, dan tingkatkan daya saing di industri digital.